Peran Keluarga Mencegah Penyebaran COVID-19 pada Klaster Keluarga

Alunan riang organ tunggal sore itu memekakkan telinga saya. Memang sudah jadi rutinitas tetangga samping rumah setiap akhir pekan karaoke bersama keluarga, melepas penat. 

Belum lagi jadwal arisan keluarga, arisan RT sampai ulang tahun. Namun anehnya sejak pandemi melanda kebiasaan itu tidak pudar hanya berkurang saja intensitasnya.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat sangat diharapkan perannya dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Seperti yang diutarakan Ibu Ratna Susianawati sebagai Juru Bicara Kemen PPPA, pada webinar Peran Sentral Keluarga dalam Pencegahan Covid-19, Rabu 14 Oktober 2020.

Pencegahan penyebaran Covid-19 memerlukan peran seluruh anggota keluarga. Karena perilaku yang diharapkan dapat dibentuk dalam keluarga. Dalam hal ini keluarga dapat menjadi agen sosialisasi perilaku hidup sehat. Keluarga juga menjadi model peraga dari perilaku hidup sehat dalam masyarakat.

Sejak bulan Agustus lalu kasus Covid-19 dari klaster keluarga terus meningkat.  Jumlahnya  mencapai 625 kasus, menyumbang sekitar 46% kasus covid di Indonesia dari data Kemenkes per 4 Oktober 2020 yang dilansir kompas.com

Tingginya angka ini tidak menyurutkan keinginan beberapa keluarga untuk berkumpul tanpa mengikuti protokol kesehatan.

Apa dan bagaimana klaster keluarga?

Seperti yang kita ketahui penyebaran covid-19  terbagi atas beberapa klaster, lebih mudahnya kita sebut saja kelompok. Nah kelompok-kelompok tersebut menjadi tempat transmisi virus corona. Ada  kelompok masyarakat, kelompok pasar, kelompok perkantoraan, rumah ibadah dan kelompok keluarga.

Klaster keluarga adalah keadaan dimana salah satu anggota keluarga kemungkinan tertular lalu menjadi  pembawa virus sehingga berpotensi menularkan pada anggota dalam satu rumah. Siapa saja anggota keluarga? pastinya anggota inti ayah, ibu, dan anak juga seluruh orang yang tinggal dalam satu rumah, termasuk orangtua,asisten rumah tangga, tukang kebun, sopir.

Apa yang harus dilakukan jika ada anggota keluarga yang terpapar Covid-19

Ketika ada kemungkinan salah satu anggota keluarga terpapar, baik dengan gejala maupun tanpa gejala, berikut yang harus dilakukan,

1. Segera lakukan isolasi mandiri di rumah (jika memungkinkan) dengan prinsip isolasi mandiri sebagai berikut. 

  • Tempatkan dalam ruangan tersendiri
  • Tidak makan bersama anggota keluarga lainnya
  • Batasi ruang gerak, hindari penggunaan ruangan yang sama
  • Pisahkan penggunaan alat makan alat mandi dan alat ibadah
  • Terapkan perlindungan pribadi dengan protokol 3M (menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak)
  • Mencuci perlengkapan pribadi dan membersihkan seluruh permukaan benda.

2.    Segera laporkan anggota yang terpapar kepada ketua RT/RW/Satgas penanganan covid setempat atau Puskemas. Untuk melakukan tracing kepada kontak erat. Anggota keluarga yang memenuhi kriteria kontak erat  (tatap muka dalam jarak 1 meter selama 15 menit, kontak fisik ).

3.    Anggota keluarga juga harus melakukan isolasi mandiri selama  14 hari. Jika setelah melakukan tes Swab PCR hasilnya negatif tetap lakukan karantina dirumah.

4.    Apabila dalam masa karantina muncul gejala (batuk, kesulitan bernapas, kehilangan indera penciuman dan pengecap, sakit tenggorokan) segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. 

Itulah sebabnya mengapa kluster keluarga menjadi sangat berbahaya, satu yang membawa seluruh anggota beresiko terpapar. Apalagi bila dalam satu rumah terdapat usila, penyandang disabilitas, ibu hamil dan menyusui, bayi, balita dan komorbid (memiliki penyakit penyerta) contoh jantung, asma, diabetes dan lainnya. 

Namun begitu masih ada saja oknum yang tidak percaya bahwa Covid-19 itu ada. Bahkan tak jarang saya mendengar, ungkapan orang-orang dengan nekatnya menantang, "Kalau memang sudah aja ya mati saja, tidak peduli corona atau apapun itu. "Waspadalah, jangan sampai keluarga anda menjadi korban baru percaya bahwa virus corona itu nyata" 

Peran Perempuan Menghadapi Dampak Pandemi

Feby, salah satu sepupu saya, tak mengira semua ini akan terjadi, kepergian sang suami yang begitu cepat dan tiba-tiba meninggalkan duka mendalam bagi dirinya dan anak anak. Belum lagi roda perekonomian keluarga yang harus iya jalankan seorang diri setelahnya. Sang suami meninggal akibat COVID-19 awal April 2020 lalu. 

Ada banyak Feby Feby lainnya yang terkena dampak dari pandemi panjang ini. Tak hanya dari segi ekonomi, psikologis namun juga sosial budaya.

Ibu Ratna Susianawati menyampaikan melalui webinar Peran Sentral Keluarga dalam Pencegahan COVID-19 pada Rabu, 14 Oktober 2020 mengajak semua perempuan Indonesia untuk bersatu, bersama-bersama bergerak menyelesaikan dan melewati masa-masa sulit ini.

Tak sedikit yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pengurangan gaji dan sebagainya.

Dimasa- masa sulit seperti sekarang ini, ibu dituntut membantu menggerakkan perekonomian keluarga. Mengerahkan keahliannya guna mendapat income bagi rumah tangga.

Begitu banyak peran yang dipegang perempuan dalam rumah tangga. Ibu sebagai manajer keuangan, merangkap menteri ekonomi dan kesehatan. 

Ibu memastikan pasokan pangan dalam keluarga tercukupi. Ibu memastikan anggaran bulanan tidak terlalu besar juga tidak terlalu irit. Mengolah arus kas setiap harinya dan yang pasti memastikan kesehatan keluarga tetap terjaga.

Pemerintah berharap Ibu berperan aktif mengatur perilaku anggota keluarga. Menjadi agen sosialisasi kampanye patuh 3M dan pelaku utama perubahan perilaku hidup sehat. Dengan ini diharap perilaku hidup sehat dan bersih dapat menjadi kebiasaan masyarakat.

 

Bagaimana menyampaikan pesan kepada masyarakat

Menurut Bapak Risang Rimbatmaja  pada webinar “Peran Sentral Keluarga dalam Pencegahan COVID-19” Kemen PPPA, Rabu (14/10). 

Keluarga sebagai sasaran komunikasi dan komunikator penting. Artinya keluarga berkomunikasi kepada anggotanya, lalu perilaku anggota tersebut menjadi kebiasaan yang terbentuk di masyarakat. 

Seperti yang saya sebutkan diatas Keluarga menjadi model peraga dari perilaku hidup sehat dalam masyarakat.

Pesan yang harus di transfer ke masyarakat haruslah komunikatif, edukatif dan informatif disampaikan dengan cara yang menghibur (educational entertaint). 

Menunjukan perilaku patuh protokol kesehatan dalam aktivitas sehari hari di lingkungan masyarakat sekitar rumah. Sampaikan pesan dengan cara ngobrol disisipkan humor, tetapkan pendirian kalau kita benar,  jangan lihat orang yang tidak taat protokol sebagai musuh, bangun relasi dan jangan terbawa perasaan.

Yang telah dilakukan oleh Kemen PPPA

Apa saja yang telah dilakukan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak selama pandemi. Kampanye gerakan BERJARAK : dengan 10 Aksi gerakan Bersama Jaga Keluarga Kita (BERJARAK). Kampanye 3M (Memakai masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak). Layanan Sejiwa : memberikan layanan konseling secara psikis bagi masyarakat yang terdampak COVID-19.  Gerakan massif melibatkan semua elemen masyarakat  meliputi upaya pencegahan dan penanganan COVID-19 . Sinergi antar K/L pemerintah daerah masyarakat. 

Ayo Ibu dan seluruh keluarga bersama kita jaga dan cegah orang orang tercinta dari Covid-19.




 


Comments

Bagus sekali sosialisasi Keluarga jadi garda terdepan untuk menjaga Covid-19. Semoga kepatuhan keluarga jadi pioneer untuk suksesnya melawan covid.
Raja Lubis said…
Gerakan 3M sekarang sudah jadi habit. Semoga kesadaran seperti ini tetap terjaga bukan saat terkena musibah saja.
Desi's Corner said…
Betul betul betul, bapak memang kepala keluarga. Tapi ibu adalah tiang perekonomian keluarga. Kalau ibu nggak bijak, mungkin sebuah keluarga bakal hancur di masa pandemi ini.
Nyonya Faruq said…
Betul di masa pandemi ini dekat dengan keluarga semenjak penyakit ini tersebar di seluruh dunia.
Bener banget nih, semuanya dimulai dari keluarga. Jika keluarga bisa patuh, anggota keluarga lain pun bisa termotivasi untuk menerapkan protokol kesehatab
Betuk bgt keluarga jd garda terdepan, kluargakupun blm spenuhnya bs nerapin wlau dr nakes... soalnya ART rada bandel msih suka kondangan ayah saya mlah masuk ke kalangan yg ga prcaya covid🙈 cm bisa mengingatkan trs dan brdoa smoga sehat smua
Sariah Ridwan said…
Bener bangey keluarga adalah unit utama, makanya selalu terapin 3M.. semoga qt diberi perlindungan oleh Allaj..dan diberika kesehatan
selalu
Niwanda said…
Wah, ada rekaman webinarnya yang masih bisa ditonton enggak, ya? Mau nyimak keseluruhannya, mengingat kondisi yang memang sudah pernah terkena somehow jadi mau ngecek biar enggak ada "bolong" lagi.
Tapi prihatin aku Mom, masa ada yg menyuarakan secara jelas melalui tiktok bahwa Covid itu konspirasi terkait pendemo kemarin ini. Pdhl masa inkubasi virusnya 14hari. Semoga tetap banyak org yg sadar dan mau menjalankan hidup sehat dan bersih, wajib 3M.
Renayku said…
Duh serem ya skrg banyak inner circle yg terinfeksi covid juga. Semoga kita semua terlindungi dan terhindar dari penyakit berbahaya ini aamiin
Indri Cume said…
Nah keluarga emang penting banget jadi peran utama sih. Semoga aja pandemic ini cepat berlalu deh hhu udh ga tega liat keadaan kya gini
Lina Sophy said…
Saya tuh gemesss kalau lihat orang yang masa bodoh dan masih aja nggak percaya Ama Covid, padahal makin hari makin dekat saja orang² yang kita kenal mulai ada yang terinfeksi. Paling penting emang 3M dan peran keluarga untuk terus saling support dan menjaga
Akarui Cha said…
Penyebaran Covid-19 melalui cluster keluarga ini sih sebenarnya yang bagi saya termasuk cukup mengancam dan menakutkan. Karena kita semua tetap butuh bergerak, butuh keluar runah, dan keadaan di luar kadang nggak bisa dideteksi apakah akan selalu aman. Semoga pandemi ini lekas berakhir. Sudah lewat setengah tahun ya.
K. Niken said…
Aku sejak tinggal di Malang, nggak punya tetangga. Hehe. Mungkin karena mereka sudah berusia ya rata2 yang tinggal di sini. Dan jarak rumah kami agak lebar ehh jauh. JAdi nggak pernah ke tetangga. Keluarga juga nggak banyak kalau di Malang ini Cuma ada mertua dan ipar.
Syaiful BS said…
Semoga kita tidak lupa untuk selalu menerapkan 3M dimananpun kita berada yaa kak. Bagus banget ini sosialisasinyaa kak, karena keluarga adalah garda terdepan mencegah persebaran COVID-19. Semangat kak and stay safe!
Renayku said…
Peran wanita itu emang besar ya.. Kalo ibunya hebat pasti anak2 bisa jauh lebih hebat.. semoga kita bisa jadi ibu yang hebat
Visya Al Biruni said…
Klaster keluarga ini memang yang paling rentan menurutku. Dalam arti cepat penularannya.

Btw ternyata peran ibu sebagai manager banyak yaa hihi semangat buibuk!
Yopi Saputra said…
Sekarang gerakan 3M jangan sampai gak diterapin ya kak. Karena sudah banyak baliho, banner, dan spanduk mengenai cara pencegahan penyebaran covid-19. Semoga keluarga dan saudara kita tetap sehat dan mematuhi protokol kesehatan ya kak. Karena akhir" ini aku lihat masyarakat sudah mulai abai.
Evi Sri Rezeki said…
Gerakan 3M ini buat saya yang paling sulit adalah jaga jarak. Kalau belanja ke pasar akhirnya ya deket juga. 2M lainnya udah jadi kebiasaan. Semoga kita selalu sehat :)
rella said…
Thanks untuk informasi yang sangat lengkap ini, satu-satunya penjaga di titik terakhir ya memang keluarga. Sampe saat ini alhamdulillah masih konsistem mengaplikasikan 3M ini.
Niwanda said…
Keluarga sebagai ikatan terkecil memang berperan penting ya dalam pencegahan dan penanganan Covid-19. Meski awam pun, tentu ada panduan yang bisa dipahami dan ditaati.
Bety Kristianto said…
Penyebaran Covid-19 sekarang ini sdh memasuki klaster paling kecil ya yakni keluarga. Karena itu gerakan 3M memang wajib terus digalakkan dan selain itu harus tetap positive thinking dan banyak berdoa semoga pandemi ini segera berlalu. amin
Betul banget. Peran ibu ini sangat penting dalam melindungi keluarga dari tertular pencegahan Covid-19. Ayo ibu-ibu tetap semangat mengikuti protokol kesehatan.
Widy Darma said…
Wah iya, berasa banget saat pandemi menjadi seorang ibu & istri repotnya bukan main. Mulai dari menyiapkan makanan dan vitamin keluarga, menyiapkan sanitizer,cairan desinfektan, cairan antiseptik, sabun antiseptik, nyetok masker, sampai nyocok2in baju sama masker hehehehe
Ghina Rahmatika said…
Semoga kampanye BERJARAK mampu bemluas dengan cepat sehingga melandaikan jumlah penderits covid. Semakin miris memang, kmrn nyoba kondangan karena ke tmen deket, ya ampun ruameee banget. Kalo pas makan otomatis pada buka masker semua.. Semoga kita sehat selalu yaa
Triyatni A. said…
Aku jadi inget juga temenku yang suaminya meninggal karena covid dan anaknya masih 3 tahun. Smeoga kita semua sehat-sehat aamiin
Siswiyanti Sugi said…
Sepakat dengan keluarga sebagai garda terdepan. Sebenernya lebih mudah saling mengingatkan kalo keluarga inti sih, lebih mudah mengontrolnya juga. Termasuk kasih pemahaman utk tidak menstigmatisasi tetangga atau kerabat yg sudah terinfeksi Covid 19 ini.